Jusuf Kalla: Kita Harus Menerima Gelar Pahlawan Soeharto, Terima Kenyataan
Jusuf Kalla menilai Soeharto juga memiliki banyak jasa bagi negara.

Wakil Presiden (Wapres) ke-10 dan ke-12 RI, Jusuf Kalla (JK) menilai pro-kontra pemberian gelar Pahlawan Nasional untuk Presiden ke-2 Soeharto seharusnya diakhiri.
"Karena kalau sudah diresmikan oleh pemerintah itu bukan lagi pro kontra. Sebelumnya pro kontra, nah kita harus menerima itu suatu kenyataan," kata JK di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (10/11).
JK menilai Soeharto juga memiliki banyak jasa bagi negara. "Mungkin saja Pak Harto mempunyai sedikit kekurangan, ada kekurangan tapi lebih banyak jasanya kepada negara ini. Bahwa dia kekurangan ya semua orang tahulah. Siapa sih yang lebih sempurna, kan tidak ada juga kan," katanya..
Sebelumnya, Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh mendukung rencana pemberian gelar Pahlawan Nasional untuk Presiden ke-2 Soeharto.
"Nasdem sudah kasih statement, sepakat itu (gelar pahlawan untuk Soeharto)," kata Surya Paloh, dalam keterangannya, Minggu (9/11).
Menurut Paloh, polemik pro dan kontra terhadap rencana pemberian gelar pahlawan untuk Soeharto hal yang lumrah. "Ya, itu konsekuensinya. Ya, saya pikir memang kalau sudah mempersiapkan segala sesuatunya termasuk konsekuensi pro dan kontra, polemik yang terjadi, ya bagi Nasdem melihat dari sisi positifnya ya," ujarnya.
Namun, ia mengingatkan bahwa penolakan pemberian gelar pahlawan untuk Soeharto tak menghilangkan sisi objektifitas mengenai kontribusinya selama 32 tahun memimpin.
"Bahwasannya sosok Presiden Soeharto telah memberikan posisi dan peran, arti keberadaan beliau sebagai presiden yang membawa progres pembangunan nasional kita yang cukup berarti, seperti apa yang kita nikmatin hari ini," ucap Paloh.
Soeharta Tetap Punya Kekurangan
Paloh tak memungkiri jika selama menjabat Soeharto masih memiliki banyak kekurangan dan kesalahan.
"Tetapi sekali lagi memang, ya, kalau kita mau membawa gerakan perubahan tentu kita mencoba untuk bisa selalu menempatkan faktor objektifitas itu, yang mungkin harus kita hargai bersama, sebagai pedoman daripada sesuatu yang kita harapkan bisa memberikan arti kemajuan kita sebagai satu bangsa," tegasnya.
Adapun Menteri Kebudayaan (Menbud), Fadli Zon telah melaporkan kepada Presiden Prabowo Subianto sebanyak 49 tokoh yang diusulkan sebagai penerima gelar pahlawan nasional.
Beberapa nama yang turut diusulkan adalah Presiden ke-2 RI Soeharto; Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur; hingga aktivis buruh, Marsinah.
Namun, rencana pemberian gelar pahlawan untuk Soeharto mendapat penolakan dari koalisi masyarakat sipil.
Hal tersebut terkait dugaan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) selama masa Pemerintahan Soeharto, termasuk praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

























:strip_icc()/kly-media-production/medias/5408128/original/023018400_1762764257-IMG_3623.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5408140/original/021836000_1762764721-1.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/2981094/original/001049800_1574996683-hyuna.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5408151/original/097367200_1762764918-Bocah_bilqis_dan_keluarga.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/thumbnails/5408131/original/095305900_1762764386-251110-prabowo-terhenti-depan-keluarga-aktivis-buruh-marsinah-teddy-lari-dipanggil-37c434.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5408101/original/031970800_1762763836-Banner_Infografis_Pahlawan_Nasional_Vertical.jpg)





















