Gandeng Unhas, Stanford University Riset Kasus Stunting di Makassar
Adi menyebut dengan adanya riset kolaborasi tersebut bisa menentukan arah kebijakan penanganan stunting berdasarkan data ilmiah.

Masalah stunting di Kota Makassar menarik perhatian peneliti dari Stanford University. Stanford University berkolaborasi dengan Universitas Hasanuddin membentuk Konsorsium Riset Stanford–Unhas Alliance for Planetary Health Research in Asia Pacific.
Wakil Rektor IV Bidang Kemitraan, Inovasi, Kewirausahaan dan Bisnis Unhas, Prof Adi Maulana menegaskan pentingnya kerja sama dan kolaborasi akademik. Adi menyebut perlu langkah nyata untuk memberikan dampak kepada masyarakat.
"Kerjasamanya ke depan kita mulai dari kesehatan dulu. Jadi tim dari Unhas dipimpin oleh Ansariadi dan tim itu bekerjasama dengan Dr John dan kemudian juga Dr Joel dari Stanford University, melakukan penelitian tentang stunting yang ada di Kota Makassar," ujarnya kepada wartawan, Selasa (11/11).
Adi menyebut dengan adanya riset kolaborasi tersebut bisa menentukan arah kebijakan penanganan stunting berdasarkan data ilmiah.
"Ini untuk melihat apa yang perlu kita intervensi berdasarkan data-data ilmiah yang ada. Hasilnya tentu kita melihat ada beberapa kebijakan-kebijakan, rekomendasi-rekomendasi yang kemudian nantinya akan kita serahkan ke wali kota, melalui Dinas Kesehatan," tuturnya.
Adi menyebut masalah stunting tidak bisa diselesaikan dalam satu tahun. Ia menyebut banyak faktor untuk menyelesaikan masalah stunting, khususnya di Kota Makassar.
"Jadi stunting itu memerlukan waktu yang lama. Kenapa, karena kan itu berhubungan dengan dari ibu hamil, kemudian dari lingkungan sekitarnya dan sebagainya," kata dia.
Bantu Pemerintah Turunkan Stunting

Adi berharap dengan penelitian kolaboratif antara Stanford University dengan Unhas, bisa membantu pemerintah menurunkan angka stunting lima tahun ke depan.
"Jadi memang kita harus mulai dari sekarang. Supaya paling tidak lima tahun, sepuluh tahun kita bisa menurunkan angka stunting dan untuk menyambut generasi emas nanti tahun 2045," tegasnya.
Ketua Tim Peneliti Stanford-Unhas, Ansariadi menjelaskan bahwa kerja sama antara kedua institusi ini telah terjalin sejak lama dan akan diperkuat dengan adanya konsorsium riset ini. "Kami sudah bekerja sama selama hampir sepuluh tahun. Awalnya fokus riset kami berada pada bidang kesehatan, kemudian berkembang ke arah planetary health dan sustainability," kata Ansariadi.
Ia menambahkan, terdapat 9 peneliti Stanford yang telah meneliti bersama, dan akan ada satu peneliti yang menetap di Makassar selama satu tahun.
"Kami sudah menghasilkan beberapa publikasi dijurnal bereputasi Q1 dan akan terus melanjutkan penelitian yang berdampak bagi masyarakat," tambah Ansariadi.
Riset untuk Jawab Tantangan Besar
Sementara itu, perwakilan Stanford University John Openshaw menyampaikan optimisme terhadap kolaborasi ini. Riset ini juga diarahkan untuk menjawab dua tantangan besar yang dihadapi Indonesia, yakni perubahan iklim dan ketahanan kesehatan masyarakat.
"Bersama, kita berupaya menjawab berbagai permasalahan global dengan membangun riset berkelanjutan. Salah satu fokus utama kami adalah perubahan iklim dan bagaimana mencari solusi berbasis sains," ucapnya.

























:strip_icc()/kly-media-production/medias/4261962/original/044473000_1671083484-harga_telur_ayam_di_tingkat_peternak_mencapai_29_ribu-ARBAS_6.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5409031/original/094785500_1762844236-Surya-Paloh.jpeg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5409028/original/075938200_1762844232-157673__1_.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5405149/original/020238700_1762425620-Pramono_di_Balai_Kota_Jakarta.jpeg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5177550/original/092061100_1743207803-Lisa_Mariana_1.jpg)










